♣ Vitamin B12, juga dikenal sebagai adenosylcobalamin atau cyanocobalamin, adalah vitamin penting yang larut dalam air. Ini memainkan peran penting dalam tubuh, termasuk menjaga fungsi normal sistem saraf, meningkatkan produksi sel darah merah, dan mendukung sintesis DNA. Perbedaan utama antara B12 aktif dan B12 terletak pada bentuk kimia dan ketersediaan hayatinya.
1. Bentuk kimia:
B12 terutama ada dalam bentuk sianida, sehingga dikenal sebagai sianokobalamin. Ini adalah bentuk sintesis buatan dan tidak banyak terdapat di alam. Di sisi lain, B12 aktif ada dalam bentuk adenosylcobalamin, yang merupakan bentuk umum di alam.
2. Ketersediaan hayati:
B12 aktif memiliki bioavailabilitas yang tinggi dalam tubuh. Setelah tertelan, bisa langsung digunakan oleh tubuh tanpa perlu proses konversi tambahan. Sebaliknya, Vitamin B12 perlu diubah menjadi bentuk aktif melalui serangkaian reaksi kimia di dalam tubuh sebelum dapat berfungsi. Hal ini karena sianida dalam Vitamin B12 perlu berikatan dengan metabolit dalam tubuh untuk diubah menjadi B12 aktif.
♣ Keunggulan B12 aktif
Ini secara langsung berpartisipasi dalam beberapa jalur metabolisme utama dalam tubuh. Khususnya pada metabolisme homosistein dan fungsi sistem saraf, aktivasi B12 memiliki kemanjuran yang lebih tinggi. Oleh karena itu, dibandingkan dengan B12, B12 aktif mungkin lebih mudah diserap dan dimanfaatkan, terutama bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam penyerapan dan konversi vitamin B12, seperti lansia dan mereka yang memiliki masalah pencernaan.
Meskipun B12 dapat memenuhi kebutuhan tubuh dalam banyak kasus, untuk populasi tertentu, seperti orang dengan malabsorpsi vitamin B12 atau kebutuhan nutrisi khusus, mengaktifkan B12 mungkin merupakan pilihan yang lebih baik. Namun, respons individu terhadap berbagai bentuk B12 mungkin berbeda-beda, jadi sebaiknya konsultasikan dengan profesional medis saat memilih suplemen.
♣ Kekurangan vitamin B12
Dapat menyebabkan anemia, kerusakan sistem saraf, dan masalah kesehatan lainnya. Berikut faktor risiko dan indikasi pemeriksaan kekurangan vitamin B12:
1. Defisiensi pola makan: Terutama tidak makan atau kurang mengonsumsi makanan kaya vitamin B12, seperti makanan hewani (daging, ikan, produk susu, dan telur).
2. Masalah penyerapan usus: Kondisi tertentu, seperti operasi saluran cerna, penyakit radang usus, asam lambung yang tidak mencukupi, dan infeksi parasit saluran cerna, dapat mempengaruhi penyerapan vitamin B12.
3. Obat-obatan tertentu: Penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka panjang, seperti penghambat pompa proton, obat antiepilepsi, antidepresan, dll., dapat mengganggu penyerapan atau metabolisme vitamin B12.
♣ Indikasi pengujian:
1. Anemia: Kekurangan vitamin B12 merupakan salah satu penyebab utama anemia makrositik reversibel. Gejala anemia antara lain kelelahan, lemas, sesak napas, dan pusing.
2. Masalah sistem saraf: Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf, yang diwujudkan dalam bentuk kelainan sensorik (seperti kesemutan, mati rasa), gangguan koordinasi, kehilangan ingatan, dan neuritis.
3. Populasi tertentu: Wanita hamil, orang lanjut usia, dan vegetarian ketat (terutama vegan) lebih mungkin mengalami kekurangan vitamin B12.
Untuk mendiagnosis kekurangan vitamin B12, biasanya diperlukan tes darah, termasuk mengukur kadar vitamin B12 dalam darah dan indikator terkait, seperti hemoglobin, rata-rata volume sel darah merah, dll. Jika kekurangan vitamin B12 diduga disebabkan oleh masalah penyerapan, a Tes Schilling atau pengukuran asam metilmalonat (MMA) dalam urin dapat dilakukan untuk menilai penyerapan vitamin B12.
Jika Anda mencurigai adanya kekurangan vitamin B12, konsultasikan dengan dokter untuk pemeriksaan dan diagnosis yang relevan, dan suplemen vitamin B12 sesuai kebutuhan.
Pengujian B12 aktif, juga dikenal sebagai pengujian holo-transcobalamin (holoTC), mengukur bentuk B12 yang aktif secara biologis yang tersedia untuk penyerapan sel. HoloTC mewakili sebagian kecil dari total B12, tetapi mencerminkan bagian yang aktif secara metabolik. Pengujian B12 aktif memiliki potensi keuntungan dalam mendeteksi defisiensi B12 secara dini atau fungsional karena dapat menyelidiki ketersediaan B12 di tingkat sel.